Selamat datang di hidup saya, tuan-tuan dan nona-nona. Disini ada sedikit cerita tentang hidup saya. Pastikan anda mengunjungi juga another pieces of my life (ada di sidebar bagian kiri xP). Oh well, ada begitu banyak cerita di sini yang ingin saya bagi. Silakan membaca~! x)

04 May 2008

Malapetaka Giling Wesi

Overture
Raju baru kerajaan Gilingwesi bernama Prabu Heryanarudra mengangkat seorang permaisuri bernama Dewi Banowati. Dewi Banowati bersedia dinikahi dengan syarat Sang Prabu berjanji tidak akan menikah lagi. Sang Prabu berjanji akan terus menepati janjinya itu. Dari pernikahan ini, Prabu Heryanarudra dikaruniai seorang putra bernama Pangeran Ranggadwipa. Suatu hari, kepada istrinya ini, dia mohon pamit untuk memperluas kekuyasaan sampi pulau Sumatra. Dengan izin istrinya, Sang Prabu berangkat perang. Setelah memperoleh kemenangan, prabu Heryanarudra bertemu dengan seorang perempuan cantik bernama Dewi Basundari. Sang prabu lupa akan janjinya pada Dewi Banowati, dan Prabu Heryanarudra menikahi Dewi Bansundari. Sang Prabu tidak tahu bahwa pengingkaran janjinya ini akan mendatangkan malapetaka di kemudian hari.

Adegan 1
Prabu Heryanarudra telah lama meninggalkan kerajaan dan hidup bersama dengan istri keduanya, Dewi Basundari. Dari pernikahan keduanya ini, Prabu Heryanarudra memiliki seorang putra bernama Pangeran Narendrawirya. Ketika Sang Prabu sedang bermesraan dengan Dewi Basundari datanglah Dewi Banowati. Dewi Banowati marah karena Sang Prabu mengingkari janjinya. Berperanglah Dwi Banowati dan Dwi Basundari. Akhirnya Dewi Banowati tidak tega membunuh Dewi Basundari, dan dia memutuskan untuk meninggalkan Prabu Heryanarudra dan Pangeran Ranggadwipa untuk menjadi pertapa.

Adegan 2
Dewi Banowati yang sedang marah dan sedih pergi ke Alas Ketangga untuk bertapa. Di tengah perjlanaan dia dihadang oleh Dewi Raksiminidan pasukannya. Terjadilah pertempuran. Dewi Raksmini kalah dan bersedia membantu Dewi Banowati untuk membalas dendam pada Prabu Heryanarudra. Karena masih diliputi kemarahan dan kesedihan, Dewi Banowati mengijinkan Dwi Raksmini merusak kerajaan Gilingweasi, tetapi dengan syarat tidak boleh terlalu luas. Pada pelaksanaanya, Dewi Raksmini mengingkari janjinya dan dia merusak Gilingwesi dengan sesuka hati.

Adegan 3
Prabu Heryanarudra sedih melihat bencana yang menimpa kerajaannya ini. Dia memutuskan bertapa untuk meminta petunjuk. Dalam pertapaannya dia mendapat berbagai godaan. Selain itu, dia bertemu dengan sukma Dewi Banowati yang memberitahu jalan keluar atas bencana yang terjadi, yaitu bencana akan dapat diatasi oleh kedua putra raja, tetapi salah satu akan menjadi korban.

Adegan 4
Dari pertapaannya, Prabu Heryanarudra mengutus kedua putranya untuk memperdalam ilmu kanuragan pada Resi Wrahaspati di Padhepokan Ronowijayan. Bersama beberapa prajurit mereka memperdalam ilmu. Selama berguru, Pangeran Narendrawirya diberi ilmu mampu mengendalikan air, angin, dan api. Sedangkan Pangeran Ranggadwipa diberi ilmu Aji Pancasona, yaitu tidak bisa mati selama tertiup angin. Resi Wrahaspati mempunyai seorang putri bernama Dewi Nawangsari. Kedua pangeran sama-sama menyukainya, namun mereka harus berangkat perang melawan Dewi Raksmini, sehingga tidak sempat menyatakan perasaannya.

Adegan 5
Pangeran Ranggadwipa menyatakan cintanya pada Dewi Nawangsari. Dewi Nawangsari menerima cinta Pangeran Ranggadwipa dan akan menunggunya sampai mati. Pangeran Narendrawirya mengetahui kejadian itu dan marahlah ia.

Adegan 6
Pangeran Ranggadwipa tidak suka dengan sikap Pangeran Narendrawirya. Terjadilah pertengkaran antara kedua saudara ini. Akhirnya mereka dipisahkan oleh Resi Wrahaspati. Resi Wrahaspati menasehati agar masalah cinta ini dibahas setelah mereka berhasil menumpas kejahatan Dewi Rakmini. Mereka akhirnya berangkat berperang melawan Dewi Raksmini.

Adegan 7
Di tepi hutan Wiratha, tempat Dewi Raksmini tinggal, Pangeran Ranggadwipa mengatur strategi yaitu Pangeran Narendrawirya berperang melawan prajurit Dewi Raksmini dan Pangeran Ranggadwipa berperang melawan Dewi Raksmini. Pangeran Ranggadwipa berpesan jika muncul asap biru berarti Dewi Raksmini mati. Jika muncul asap putih berati Oangeran Ranggadwipa yang mati dan segera bakar hutan Wiratha agar Dewi Raksmini ikut mati. Terjadi peperangan antara Pangeran Narendrawirya dan prajuritybnya melawan prajurit Dewi Raksmini. Setelah berhasil mengalahkan prajurit Dewi Raksmini, Pangeran Narendrawirya menyusul ke hutan.

Adegan 8
Terjadi peperangan antara Pangeran Ranggadwipa dan Dewi Raksmini. Dewi Raksmini lebih kuat. Mula-mula Pangeran Ranggadwipa kalah, namun akhirnya Pangeran Ranggadwipa berhasil menghunuskan kerisnya ke perut Dewi Raksmini.

Adegan 9
Pangeran Narendrawirya gembira melihat munculnya asap biru pertanda Dewi Raksmini mati. Tapi kemudian muncul asap putih pertanda Pangheran Ranggadwipa mati. Pangeran Narendrawirya bingung dan sesuai pesan kakaknya, dia membakar hutan Wiratha. Pangeran Ranggadwipa kaget mengapa hutan terbakar. Karena tidak tahan panasnya api dan luka akibat pertempuran dengan Dewi Raksmini, Pangeran Ranggadwipa tidak bisa menyelamatkan diri. Dia berhasil ditolong burung garuda peliharaan ibunya.

Adegan 10
Pangeran Narendrawirya melaporkan berita kematian kepada Prabu Heryanarudra, Dewi Basundari, Resi Wrahaspati, dan Dewi Nawangsari. Semua bersedih. Akhirnya, untuk mempererat persahabatan Sang Prabu dan resi, Prabu Heryanarudra melamarkan Dewi Nawangsari untuk Pangeran Narendrawirya. Dewi Nawangsari menolak.

Adegan 11
Lama-kelamaan Dewi Nawangsari mau menikah juga dengan Pangeran Narendrawirya. Ketika Dewi Nawangsari sedang mengandung lima bulan, pulanglah kembali Pangeran Ranggadwipa yang telah disembuhkan ibunya. Pangeran Ranggadwipa sedih bercampur marah atas peristiwa yang terjadi. Ternyata asap putih muncul karena hancurnya senjata Pangeran Ranggadwipa. Karena sama-sama mengaku benar, terjadilah pertempuran. Pertempuran belangsung sengit. Akhirnya mereka berdua mati di pangkuan ibunya masing-masing.

0 celotehan:

Post a Comment