Selamat datang di hidup saya, tuan-tuan dan nona-nona. Disini ada sedikit cerita tentang hidup saya. Pastikan anda mengunjungi juga another pieces of my life (ada di sidebar bagian kiri xP). Oh well, ada begitu banyak cerita di sini yang ingin saya bagi. Silakan membaca~! x)

03 October 2007

CeriTaQ yG diMuaT di bLognYa caBouL

[FIKSI!!!!]

PATAH HATI!!

Revi suka ama Kak Narren. Suka. Suka. Suka. Banget. Banget. Banget. SUKAAAAAAAAAAAAAAAAAA…!!!!

Menurut Revi, Kak Narren itu KEREN banget. (Keren, dengan huruf kapital semua.) Suaranya itu lho… ngebass banget. Duh, kalau didengerin… bikin deg-degan. Kak Narren tuh tinggi, kira-kira 175 sentian lebih…. Badannya tegap…. Kulitnya kecoklatan kebakar matahari…. Dia pake kacamata hitam…. Dan rambutnya… rambutnya tuh dibikin selalu keliatan berantakan.

‘Duuh, KEREN banget,’ pikir Revi.

Revi pertama kali liat Kak Narren waktu PMB. Kak Narren yang teriak-teriak di depan para mahasiswa baru (termasuk Revi). Istilah kerennya sih, Kak Narren itu danlap, alias komandan lapangan.

At the first sight, Revi terpana…. Baru kali itu dia denger suara yang ngebass banget. Cool….

At the second sight, Revi mulai merhatiin Kak Narren. Tatapan matanya yang tajam…. Rahangnya yang kokoh…. Ekspresinya yang tegas…. Badannya yang proporsional banget….

‘Hmm… kayaknya ada kenalanku yang mirip orang itu deh,’ pikir Revi otomatis.

Di hari ketiga PMB, Revi sama sekali nggak ketemu Kak Narren. Ada sesuatu yang aneh di diri Revi. Dan saat itu, dia baru sadar kalau dia tuh suka sama Kak Naren.

‘Kok cepet banget? Baru tiga hari, udah suka dia? Aneh…. Eh, tapi kan hak asasi tiap orang….’

Sisa PMB itu Revi gunain buat cari tau tentang Kak Narren. Revi jadi tau kalau Kak Narren itu anak TM’05, aktif banget di himpunan dan kabinet. Juga punya banyak penggemar….

‘Sial!’

Sayangnya, sampai sekarang… Revi belum sempet kenalan sama Kak Narren.

Lagu You’re Not Alone-Saosin terdengar dari dalam tas Revi. Dia cepat-cepat merogoh kantongan di bagian depan untuk mengambil hapenya. Nama teman Revi, Vika, tertera di layer.

“Apa, Vik?” sapa Revi ceria.

“Kaderisasi Patra di lapangan segitiga,” sahut Vika cepat. Setelah itu, dia langsung nutup teleponnya.

‘Ngirit pulsa banget!’ pikir Revi heran seraya melangkahkan kaki menuju CC.

Tau kan sama yang namanya Patra? Itu nama himpunan anak TM. Dengan jaket sewarna dengan milik tukang parkir, orange yang MENCOLOK mata, jelas aja anak Patra bisa langsung dikenali dari jauh.

Oia, Vika itu udah kenalan sama Kak Narren. Dan anehnya, dia sama sekali nggak sadar dengan ‘feromon’ Kak Narren!! Eh, si Vika malah suka sama anak TI’05 yang pendek. Tipe cowok Vika memang perlu dipertanyakan.

Saosin kembali bernyanyi. Kali ini nama yang tertera: Mama.

“Halo, Ma?” sapa Revi ragu-ragu.

“Udah nggak ada kuliah lagi kan, Rev?” sahut Mama. “Cepet pulang ke kos, makan, terus belajar ya….”

Revi mencelos. “Mmm… Revi mau main-main dulu, Ma…. Ada kegiatan.”

‘Tapi kegiatan Patra, bukan kegiatanku….’

“Jangan kebanyakan kegiatan, Rev, ntar nilaimu….”

“Iya, Mamaku tersayang,” potong Revi, “nanti Revi belajar kok.Tapi sekarang, Revi mau refreshing dulu.”

Sesaat hening.

“Pulangnya jangan malem-malem lho,” Mama menmperingatkan.

“Iya, Ma,” jawab Revi manis. Walau dalam hatinya, Revio menggerutu panjang lebar.

“Udah ketemu Mas Fernan?” tanya Mama tiba-tiba.

Dahi Revi mengernyit. “Be… lum….”

“Lho kok? Kan dia dulu akrab banget sama kamu, Rev. Masa’ kamu nggak mau ketemu dia?”

“Revi mau kok,” Revi cemberut. “Cuman… Mas Fernan itu nggak pernah keliatan….”

“Ya udah, jangan lupa belajar lho!”

Sewaktu Mama memutuskan telepon, Revi menghela nafas lega. Revi sayang Mama. Tapi, sebesar apapun rasa sayang Revi ke Mama, Revi tetep aja nggak suka kalau Mama nyuruh belajar. Apalagi ngelarang ikut kegiatan….

‘Sori deh. Tapi, kalo kayak gitu mah… bisa-bisa aku jadi anak culun yang kerjanya cuma belajaaaaaar… melulu. Nggak seru banget!’

Ngomong-ngomong soal Mas Fernan…. Dia itu sepupu Revi. Waktu kecil, Revi paling akrab sama Mas Fernan. Maklum, nggak punya kakak cowok kandung…. Jadi, begitu tau punya sepupu cowok yang lebih tua, Revi langsung ngaku-ngaku kalau dia itu ‘kakak’ cowoknya.

Sayang, waktu Revi SD, Mas Fernan pindah sekeluarga ke Bogor. Putuslah sudah komunikasi antara mereka. Sejak itu sampai sekarang, Revi belum ketemu Mas Fernan lagi.

Kata Mama sih, Mas Fernan juga di ITB, fakultas Minyak.

‘Yaah, berarti Mas Fernan bisa ngenalin aku ke Kak Narren. Tapi, aku belum ketemu dia! Mana nggak punya nomornya lagi. Huh!’

Sesampainya di CC Timur, Revi menghampiri Vika yang sibuk ngerjain sesuatu sama anak-anak FTTM. Kebetulan, Revi juga udah kenal semuanya.

“Halo, semua!!” sapa Revi, melambaikan tangan.

“Hei, Rev.” Andre.

“Mmmm….” Yudhis.

“Halo juga!!” Rizka.

“Eh, Revi….” Kiki.

“Dia di sana,” Vika menunjuk ke pohon besar di sebelah lapangan segitiga.

Revi nyengir. “Thanks, Vik. Bubye, semua!!”

Revi berjalan lagi. Berhenti dan duduk di tangga depan lapangan. Agak jauh dari sana, ada dua orang yang sedang berbicara dengan tampang serius.

Serta merta, Revi nyengir. Itu Kak Narren! Pake jaket kebanggaan Minyak…. Wow.

Tanpa sengaja, pandangan mata Kak Narren bertemu dengan pandangan Revi. DEG!!

‘Ya ampun, aku mau pingsan!! Kak Narren senyum, cool banget!’

Lalu, Kak Narren jalan… masih sambil ngeliat ke Revi.

Wait a minute! Kenapa Kak Narren jalan ke arah sini?!’ pikir Revi gugup. ‘Haduh jantungku… jangan copot dulu ya….’

“Eh, Revi, tunggu bentar ya,” kata Kak Narren dengan santainya. Senyumnya masih setia menghiasi wajah cakepnya. “Gue masih ngurusin Patra. Paling cuma setengah jam-an. Abis itu gue traktir makan. Lo belum makan kan?”

Revi terlihat kayak sesak nafas. “He’eh,” ucapnya pelan.

‘Kak Narren ngomong! Sama aku! Juga ngajak makan! Ditraktir, lagi!!’

“Ya udah, gue balik dulu ke Patra. Tunggu sini aja.”

Revi sama sekali nggak ngerti ngimana keberuntungan ini terjadi. Apa Kak Narren salah minum obat? Seinget Revi, mereka belum pernah kenalan deh….

Nggak sampai dua puluh menit, Kak Narren udah berada di depan Revi lagi. Kali ini, keringat bermunculan di keningnya. Jaketnya udah dilepas, menampakkan kaos hitam dari Dagadu.

“Sori lama,” kata Kak Narren.

Revi tersenyum grogi. “Ng… nggak papa….”

“Ayo, makan….”

“Eh, Kak… anu….” Revi memotong.

“’Kak’?! Sejak kapan lo manggil gue ‘Kak’??” tanya Kak Narren heran.

Cuma “HAH?” yang bisa diucapkan Revi.

“Ini gue! Mas lo yang dulu suka lo ajakin main petak umpet.”

“HAH??”

“Ya ampun!! Gue sepupu lo!”

Mata Revi seakan mau keluar dari rongganya. “Mas Fernan?!!”

Kak Narren nyengir. “It’s me.”

“Lha… kok… tapi….” Revi speechless.

Kak Narren/Mas Fernan (?) memandang Revi bingung.

“Aku tanya… katanya… Narren!”

Kak Narren/Mas Fernan (?) ketawa. “Lo lupa nama gue? Narren Fernanda. Entah kenapa semua lebih suka manggil gue Narren daripada Fernan.”

“Jadi… beneran ‘Mas Fernan’??” tanya Revi, separo senang, separo sedih.

“Yee… masa’ lo nggak ngenalin muka gue?”

‘Nggak…. Makin cakep sih…. Tambah keren, lagi….’

Alih-alih mengatakan hal di atas, Revi malah menjawab, “Pernah mikir sih, kayaknya mirip seseorang….”

‘Man, ini mimpi buruk! Nggak mungkin terjadi…. Pasti aku ketiduran waktu Kimia Dasar, trus ngelindur kayak gini. Nggak mungkin orang yang aku suka selama ini…. Kak Narren itu Mas Fernan??? Yang bener aja! Ironis….’

Revi nggak tau harus merasa gembira atau malah berduka. Sepupu itu nggak bisa jadi pacar….

“Ayo…. Gue laper banget.”

Revi menatap Kak Narren/ Mas Fernan (?) dalam-dalam. “So? Aku panggil apa sekarang? Kak Narren? Atau… Mas Fernan?”

“Suka-suka lo. Terserah.”

Revi tersenyum makin lebar. “Oke deh, Mas Fernan….”

‘Aku patah hati!!!! Nggak mungkin aku ngecengin sepupuku sendiri! Apalagi orang yang udah aku anggep sebagai sodara kandungku….’

Sebagai tanda dia nyerah soal Kak Narren, Revi manggil dia Mas Fernan. Diantara sekian banyak teman-teman Mas Fernan, cuma Revi yang manggil dia ‘Fernan’. Hal itu bikin Revi spesial. Tapi juga ngingetin dia kalau Revi CUMA adek.

“Ayo, cepetan!!” desak Mas Fernan seraya ngerangkul pundak Revi.

Jantung Revi berdebar-debar. Dia nggak bisa nahan cengiran.

‘Wah, jadi adek itu nggak buruk-buruk amat…. Cukup nyenengin kok…. Heheee….’

0 celotehan:

Post a Comment